Status

"Ramadhan yaa Ramadhan"

24 Juli 2012

Pengumuman Hasil Tes Wawancara STPI

Mengingat bulan September 2008, saat itu saya sedang menunggu hasil tes wawancara untuk masuk ke STPI. Saya sudah melaksanakan tes wawancara beberapa waktu lalu, sewaktu wawancara itu, hal yang ditanyakan oleh sang penguji adalah mengenai identitas saya, hobby saya, orang tua saya, alasan saya memilih jurusan tersebut (Diploma IV Pemanduan Lalu Lintas Udara), dan terakhir apa yang akan kamu lakukan jika tidak diterima di STPI. Semuanya menggunakan Bahasa Inggris

Saya telah mempersiapkan secara baik mengenai wawancara tersebut, penguji pun sempat memuji saya, (saya berharapnya sih itu pujian, karena beliau bilang "kayaknya pede sekali kamu bisa diterima di STPI" ya anggap saja ya itu pujian...hehheh). Alhamdulillah saya telah menjawab pertanyaan sang penguji dengan lancar, dan ada tawaran menarik dari sang penguji, "If you are not accepted in this course, do you want to join in Diploma IV Aircraft Engineering?"...

dan saya bilang dengan lantangnya

"NEGATIVE NO"

Setelah selesai wawancara, saya pulang ke rumah, dan berdoa. Semoga saya mendapat yang terbaik. Amin

Untuk para sipencatar STPI yang sedang menunggu hasil, tetap semangat, kalian telah berusaha semaksimal mungkin, let God do the rest...  Jika kalian belum beruntung, bukan berati kalian buruk, yakinlah Allah mempunyai rencana terbaik buat masa depanmu...

Salam Taruna

Pesawat Latih Baru di STPI - Piper Warrior III

Foto-foto di bawah ini merupakan foto pesawat latih baru di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug.

Keterangan Foto

Hari dan Tanggal :
Kamis, 9 Juli 2012 

Tempat : 
Hanggar 2 Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.

Tipe Pesawat :
Piper Warrior III

Model :
Taruni Eka Justiciana Kusumawati (ALLU 12)
Taruni Emilia Rahajeng Larasati (ALLU 12)
Taruni Anissah Afiandini (ALLU 12)
Taruni Reisha Virjeanna Juwita (ALLU 12)
Taruni Desi Apriliana (PNB 63 C)

dan 

saya sendiri....hehhehheheheh

PK AEE
Piper Warrior III


Piper Warrior III


Tail of Piper Warrior III


Propeller Piper Warrior III
Wheel of Piper Warrior III
Desi Apriliana dan Anissah Afiandini
ALLU 12
Jeanny - Bella - Ajeng - Techa - Icha
ALLU 12
(left to right)

ALLU 12

Alhamdulillah sebelum lulus, bisa foto-foto dengan pesawat baru ini. Foto-foto di atas bukan ajang narsis, tapi ajang pamer, saya ingin pamer pesawat latih baru di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia - Piper Warrior III

20 Juli 2012

Kisah Menjadi Pilot

Pilot itu merupakan salah satu cita-cita terfavorit sewaktu saya masih di bangku taman  kanak-kanak, pasti jaman dulu kalau kita ditanya

"mau jadi apa, kalau sudah besar nanti?"

"jadi Dokter"

"jadi Pilot"

"jadi Guru"

dll

Jadi Pilot merupakan mimpi bagi anak-anak, karena bagi anak-anak pesawat adalah barang luar biasa, karena bisa terbang di udara, yang notabene terbang dalam pikiran kita pada saat itu hanyalah dimiliki oleh peri-peri atau superhero.

Sewaktu kita beranjak dewasa, cita-cita kita pun berubah-ubah tergantung minat dan hobby kita yang sering berubah-ubah. Sedang musim band, saya bercita-cita untuk menjadi penyanyi. Sedang hobby badminton, saya bercita-cita jadi Atlit Badminton. Begitu pula dengan anak-anak lainnya. Sampai pada akhirnya saya bisa memutuskan apa cita-cita saya pada saat ini, yaitu masuk surga. heheh... Pada saat ini saya adalah seorang Taruni Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Prodi Diploma IV Pemanduan Lalu Lintas Udara Angkatan ke-12 atau lebih dikenal dengan nama ALLU 12, saya sudah memasuki semester 8 dan Insya Allah pada tanggal 20 September 2012, saya akan diwisuda. Amin. Saya mendapat penempatan di ATKP (Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan) Medan.

Dahulu tidak pernah terbesit di benak saya untuk menjadi seorang ATC (Air Traffic Controller) apalagi seorang Instruktur/Dosen ATC, menurut saya cita-cita itu bisa berubah tapi dalam hal peningkatan (terus meningkat). Begitu pula dengan Desi Apriliana dan Farica Rahadi, yang juga merupakan Taruni Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, prodi DII Penerbang Angkatan 63 C, cita-citanya saat ini adalah menjadi Pilot yang sukses. Meskipun Desi dan Rica seorang wanita, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk meraih cita-citanya menjadi Pilot, profesi yang banyak digandrungi oleh laki-laki.

Karena hal tersebut pun, Desi dan Rica dituntut untuk tidak manja dan lemah (mental), karena di sekolah penerbang mana pun, siswa harus terlatih secara keterampilan dan mentalnya, karena Pilot merupakan salah satu profesi yang memerlukan mental yang sangat baik, karena sebagai seoarang Pilot, banyak hal yang akan dihadapi di atas sana (udara), seperti cuaca buruk (awan hitam atau cumulunimbus, masalah pada pesawat, masalah pada penumpang, dll), dan tentunya penanganan masalah tersebut pilot harus memiliki mental tinggi, harus tetap tenang, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.

Mengharapkan Doa Orang Tua
Dengan segala resiko yang harus diambil oleh Siswa Penerbang, tentunya Desi dan Rica tidak pernah luput untuk berdoa kepada Sang Pencipta, karena di tangan-Nya lah seluruh nasib dan takdir setiap manusia telah dituliskan.

Ada pengalaman menarik dari Desi, selama ia mengikuti pendidikan dan praktek terbang. Pada saat itu Desi bersama salah satu rekan Taruna terbang kembali dari Semarang ke Curug, pada saat di tengah perjalanan, di depan pesawat mereka ada awan hitam, mereka tidak bisa masuk ke awan hitam tersebut, karena mereka melakukan terbang visual, kalau mereka sampai masuk, mereka tidak bisa melihat sekeliling mereka, tidak bisa melihat terrain, dan ditakutkan malah menabrak obstacle, selain itu jika pesawat memasuki awan, akan membuat pesawat susah untuk dikontrol, ditakutkan awan malah akan mendorong pesawat untuk ke bawah atau ke atas (downdraft atau updraft).

Mereka pun melakukan koordinasi dengan ATC dan meminta untuk menurunkan ketinggian atau memvektor pesawat mereka agar bisa menghindari awan tersebut. Mereka diperbolehkan turun, tetapi tidak bisa menghindari untuk masuk ke dalam awan, pada saat itu Desi dan kawannya merasakan guncangan saat memasuki awan tersebut, di kaca pesawat Desi tidak bisa melihat apa-apa, 

"Jujur Mb, saya takut banget pada saat itu, saya istigfar, saya berdoa, dan doa dari Orang Tua yang saya bisa harapkan pada saat itu", ujar Desi

Akhirnya mereka pun tetap melakukan koordinasi dengan ATC untuk bisa menurunkan ketinggiannya lagi, dan akhirnya mereka keluar dari awan tersebut. Mereka pun senang dan sangat bersyukur. Kejadian tersebut memberikan pelajaran bagi Desi dan kita semua, untuk tetap meminta perlindungan kepada Allah SWT dan mengharapkan ridho orang tua di setiap aktifitas kita.

Desi Apriliana
Selamat berjuang ya adik Desi dan Rica, semoga kalian bisa menjadi Pilot yang hebat, dan tetap bermanfaat bagi orang banyak. Amin

Garuda Indonesia Semakin Meroket, dan BatanTek Merajai Pasar Asia - by Dahlan Iskan


Dua lagi perusahaan Badan Usaha Milik Negara () yang tahun ini melejit melampaui batas negara: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT Batan Teknologi (Persero).
Garuda, secara mengejutkan, saat ini sudah lebih besar dari Malaysia Airlines System (MAS) dan Thai Airways, Thailand. Bahkan sudah lebih besar dari Air France!
Value Garuda kini sudah mencapai Rp 18 triliun, sekitar Rp1 triliun lebih besar dari MAS dan Thai. Dengan demikian untuk Asia Tenggara kini Garuda tinggal kalah dari Singapore Airlines.
Memang tidak ada alasan bagi Indonesia untuk serba kalah dari sesama negara ASEAN. Di antara sepuluh negara Asia Tenggara, kekuatan ekonomi Indonesia sudah 51 persen sendiri. Baru yang 49 persen dibagi sembilan negara lainnya.
Di bawah direksi Garuda yang sekarang dengan Dirut Emirsyah Satar, prestasi itu akan terus bisa dipacu.
Inilah direksi yang dari segi umur relatif masih muda-muda. Inilah direksi yang berada di puncak antusias dan gairahnya. Iklim seperti itu secara otomatis akan menjalar dan mewabah ke jajaran di bawah dan di bawahnya lagi.
Ekonomi Indonesia yang terus membaik memang bisa menjadi ladang yang subur bagi Garuda. Penambahan pesawat yang terus dilakukan, termasuk yang kelas 100 tempat duduk, akan membuat Garuda terbang kian tinggi.
Langkah terbarunya untuk bisa dipercaya Kanada sebagai pusat perawatan pesawat Bombardier se Asia Pasifik, memberikan harapan yang lebih besar lagi.
Dengan demikian GMF AeroAsia, salah satu anak perusahaan Garuda, akan menjadi perusahaan kelas dunia juga. Ini karena pembuat mesin pesawat terkemuka di dunia lainnya, GE dari USA juga sudah mempercayakan perawatan mesin GE ke GMF AeroAsia.
Dua pemikir Batan
Seperti tidak kalah dengan prestasi Garuda dan enam BUMN kelas dunia lainnya (, Telkom, , PGN, dan Semen Gresik) kini muncul  si cabe rawit PT Batan Teknologi.
Tahun ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa bangkit dari kuburnya bahkan begitu bangkit langsung bisa berlari dengan kencangnya. Larinya pun ke mana-mana termasuk ke puluhan negara Asia.
Padahal tahun 2010 lalu BatanTek sudah dicabut nyawanya. Ini gara-gara ada larangan internasional untuk melakukan pengayaan uranium tingkat tinggi yang dikhawatirkan bisa disalahgunakan untuk membuat senjata nuklir.
Sejak itu PT BatanTek berhenti memproduksi radioisotop. Tim BatanTek sudah berusaha mengubah proses pengayaan uranium menjadi tingkat rendah, tapi tidak mampu. Bahkan BatanTek sudah mendatangkan ahli dari USA untuk menularkan pengetahuan proses uranium tingkat rendah. Tapi juga gagal.
Akibatnya rumah-rumah sakit yang selama ini menggunakan radioisotop dari BatanTek memilih membeli dari sumber lain. Semua pelanggan marah dan memutuskan hubungan. BatanTek praktis mati.
Untunglah Dr Yudiutomo datang dan menjadi dirut baru.
Anak Maospati, Magetan, lulusan Fakultas Teknik Nuklir UGM ini memang bukan sembarang orang. Dia meraih gelar doktor di bidang nuklir di Iowa State University USA.
Dr Yudiutomo mengajak ahli nuklir sealmamater di UGM, Dr.Ing Kusnanto untuk menjadi direktur produksi. Dr Kusnanto meraih gelar doktor nuklir dari Aachen, Jerman.
Karena PT BatanTek masih dalam keadaan sulit, sejak awal, dua ahli nuklir ini memilih menghemat: menyewa satu rumah untuk dihuni berdua. Keluarga ditinggal di Yogya.
Dua orang inilah yang tidak henti-hentinya berpikir bagaimana agar BatanTek bisa melakukan pengayaan uranium tingkat rendah.
Siang malam dua ahli ini terus berdiskusi. Keputusan untuk tinggal satu rumah membuat diskusi mereka berlanjut setelah jam kantor sekalipun. Di rumah kontrakan itulah mereka bisa berdiskusi sampai jam 2 dini hari.
Sangat luar biasa: mereka menemukan cara baru mengayakan uranium tingkat rendah. Bukan cara yang sudah dikenal di dunia sekarang ini, tapi cara baru yang untuk mudahnya saya beri saja nama “Formula YK” (Yudiutomo Kusnanto).
Formula YK ini menggunakan prinsip electro plating. Menggantikan cara lama sistem foil target. Prinsipnya, sebelum dimasukkan reaktor nuklir uranium itu di-plating dengan rumus tertenu.
Cara ini meski kelak diketahui oleh ahli lain pun akan sulit ditiru. Rumus angka-angkanya tidak akan diungkap.
Masalahnya: dari mana perusahaan dapat tambahan modal? Reaktor nuklirnya sih bisa tetap menggunakan reaktor milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang di Serpong itu, tapi banyak peralatan PT BatanTek yang harus diperbaharui atau diperbaiki.
Satu-satunya di Asia
“Perlu berapa?” tanya saya saat rapat dengan dua ahli nuklir itu di Serpong.
“Cukup besar pak, Rp 85 miliar,” jawab Dr Yudiutomo.
“Saya carikan!”
Saya pun menghubungi Bank Rakyat Indonesia.
Saya memang sangat kagum dan terharu melihat kejeniusan dua ahli ini. Saya bisa merasakan getaran semangatnya yang meluap. Dan saya juga melihat kilatan matanya yang menyiratkan keinginan untuk maju. Inilah ilmuwan yang memiliki kemampuan manajerial yang handal. Intelektual sekaligus entrepreneur!
Dengan penemuan baru Formula YK ini Indonesia berhasil menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu memproduksi radioisotop. Kini seluruh negara Asia datang ke BatanTek untuk membeli radioisotop!
Radioisotop adalah bahan yang sangat penting untuk pemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Radioisotop adalah bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan kedokteran nuklir.
Dengan radioisotop organ-organ di dalam badan bisa dilihat secara berwarna dan tiga dimensi.
Ini sudah beda dengan radiologi yang hanya bisa hitam putih dan dua dimensi.
Maka pemeriksaan melaui MRI, CT, gamma camera, serta operasi yang menggunakan pisau gamma mutlak memerlukan radioisotop. Jepang pun tidak memproduksinya sehingga pasar radioisotop kita amat besar. Apalagi Tiongkok.
Waktu saya mendampingi Presiden SBY makan siang dengan Presiden Hu Jintao di Beijing yang lalu, saya pun promosi radioisotopnya BatanTek.
Kebetulan saya berada di sebelah menteri perdagangan Tiongkok. Selama makan siang itu saya terus minta agar Tiongkok membeli radioisotop kita.
Dengan kemampuan Dr Yudiutomo dan timnya menembus pasar Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan negara-negara Asia lainnya, maka masa depan PT Batan Teknologi amat cerah. Tahun ini omsetnya langsung bisa mencapai Rp 200 miliar.
Tidak mustahil bakal bisa mencapai Rp 1 triliun dan kemudian Rp 3 triliun di kemudian hari.
Amerika dan Australia, meski mampu membuat radioisotop, mereka bukan pesaing kita. Umur radioisotop ini hanya 60 jam. Setelah itu daya radiasinya habis.
Untuk kebutuhan Tiongkok 10 curie, misalnya, Tiongkok harus membeli 60 curie. Yang 50 curie hilang di jalan. Karena itu pengirimannya harus dengan pesawat. Harus dihitung waktu pengirimannya sejak dari Serpong ke bandara dan seterusnya.
Saya tentu ingin dua ahli kita ini tidak berhenti di radioisotop. Keduanya juga optimis pengetahuannya akan sangat berguna untuk pertanian dan pengeboran minyak.
Tapi biarlah BatanTek maju dulu. Jadi raja Asia dulu. Dua tahun lagi kita bicara nuklir untuk mengamankan pangan kita.

Belajar dari 7 Budi Utama ESQ

Beberapa bulan lalu, pada Bulan Mei, saya baru saja mengikuti Training ESQ yang diadakan oleh Prodi Lalu Lintas Udara, Jurusan Keselamatan Penerbangan, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Training tersebut dilaksanakan selama 4(empat) hari. 2 (dua) hari pertama untuk Prodi DIII PLLU 57 A & B dan DIII PLLU 58, dan 2 (dua) hari terakhir untuk Prodi DIV PLLU 12 (prodi saya) dan DIV PLLU 16 (up-greading).

Training dilaksanakan di ruang auditorium STPI, dan pada saat itu team ESQ yang men-training grup ke dua ALLU 12 dan ALLU 16 adalah Mas Regif Latif, Mas Taufiq, dkk. Semasa di SMA saya pernah mengikuti training serupa, dan ini merupakan training ESQ kedua saya meskipun bukan training berkelanjutan dari training yang pertama, karena pada training kedua saya ini, saya mengikuti dari awal training.

Saya sangat senang mengikuti training ini, karena melalui training ESQ ini saya banyak mendapatkan pelajaran berharga. Salah satunya ialah 7 Budi Utama ESQ, berisi tentang prinsip dasar yang harus dimiliki kita sebagai manusia, yaitu :
  1. Jujur
  2. Tanggung Jawab
  3. Visioner
  4. Disiplin
  5. Kerjasama
  6. Adil
  7. Peduli

Semoga saya bisa menanamkan 7 Budi Utama ESQ ini sebagai prinsip hidup saya, Amin. :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...